BaruKlinting pun segera mencabut lidi tersebut. Keanehan pun terjadi. Dari lidi itu mengucur air, terus menerus hingga menenggelamkan kampung tersebut. Genangan air itupun berubah menjadi telaga, Sedang orang tua yang memberi makan baru klinting selamat karena naik lesung. Bahkan sejak itu pula, Baru Klinting berubah lagi menjadi ular dengan Menurutlegenda yang sangat dipercaya oleh para warga, air yang keluar dari bekas cabutan lidi yang dilakukan Biru Klinting, membentuk Rawa Pening. Baru Klinting ternyata mampu untuk melingkari gunung dan ayahnya memerintahkan untuk bertapa di dalam hutan lereng gunung. Saat bertapa, Biru Klinting menjadi korban penduduk Desa Pathok yang Selamatandesa Sumberdawesari yang digelar tiap tahun baru atau hari assyura itu biasanya diadakan di danau Ranu Grati tersebut guna wujud puji syukur kepada tuhan. Sesajen yang di wajibkan adalah seperti ayam, bebek hidup, kepala kambing atau sapi dan jenis buah-buahan lainnya kemudian di hanyutkan kedalam danau bagian tengah dalam bahasa BaruKlinthing mencabut lidi tersebut dengan mengerahkan kesaktiannya. Dari bekas cabutan lidi itu, air memancar serta menenggelamkan desa dan seluruh warganya, sehingga terbentuklah danau bernama AsalUsul Rawa Pening Bagi sebagian masyarakat Jawa Tengah keberadaan legenda Baru Klinting dengan Telaga Rawa Pening, tentunya sudah tak asing lagi. Legenda tersebut konon merupakan perwujudan ular bECu. Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas. Konon Rawa pening dimulai dari sebuah mitos yang turun-temurun diwariskan menjadi sebuah kearifan lokal. Awal mula Rawa Pening dimulai dari Legenda Baru Klinting, yang dikisahkan sebagai anak kecil yang sakti, namun memiliki wajah yang buruk rupa sehingga menjadi bahan ejekan anak sebayanya. Hanya seorang Janda yang mau menerima keberadaan baru Klinting. Suatu saat Baru Klinting berpesan kepada Janda tersebut agar naik lesung "penumbuk padi" disaat mendengar kentongan. Kemudian Baru Klinting menjuju pelataran dan mengadakan sayembara, siapa yang bisa mencabut lidi yang ditancapkannya. Tak satupun anak-anak yang bisa mencabut lidi yang ditancapkan Baru Klinting. Orang dewasa tak mau kalah juga, lalu satu persatu mencoba mencabut lidi tersebut, namun semuanya gagal. Akhirnya Baru Klinting yang mencabut lidi tersebut lalu setelah tercabut keluarlah semburan air yang semakin membesar. Usai mencabut lidi lalu Baru Klinting berlari sambil membunyikan kentongan dan akhirnya semua warga tenggelam dan hanya Janda tersebut yang selamat dengan naik lesung. Genangan airpun meluas dan menjadi sebuah danau yang jernih airnya yang disebut Rawa Pening. Saat ini Rawa Pening menjadi penopang beberapa aspek kehidupan dengan kelimpahan sumber daya alamnya. Sektor wisata, pertanian, pengelolaan energi hingga perikanan sepenuhnya tergantung kepada danau seluas Dikelilingi perbukitan dan berlatar gunung seolah sebagai tandon air yang tak pernah kering. Sawah disekitar danau menjadi bukti, betapa berjasanya Rawa Pening dalam mendukung sektor wisata. Karamba apung dan banyaknya nelayan yang hilir mudik di sisi-sisi danau menunjukan adanya sumber kehidupan dikedalaman air, Di outlet Rawa Pening sudah dihadang sebuah bendungan yang mengubah energi potensial air menjadi listrik dengan turbin-turbin generatornya. Danau dengan sejarah yang panjang, hingga ada bukti nyata kejayaan masa lalu. Disisi utara danau, hamparan besi berjajar kokoh terpancang. Rel kereta api yang menghubungkan Stasiun Ambarawa dengan Stasiun Tuntang membingkai sisi utara danau. Jikan anda beruntung maka bisa disaksikan Salah satu lokomotif dengan kode B 2503 buatan Maschinenfabriek Esslingen melintas dengan kepulan asap hitamnya. Lokomotif langaka hanya tinggal 3 yang masih tersisa di dunia yang saat ini selain di Swiss dan India. Kurang lengkap rasanya jika tidak melirik flora dan fauna yang menghuni Rawa Pening. Salah satu flora yang menjadi buah simalakama bagai perairan Rawa Pening adalah Eceng Gondok Eichornia crassipes. Eceng gondong dengan perkembangbiakan vegetatif menjadi ledakan disaat menutupi sebagian besar permukaan danau. Volume air dapat dengan mudah disedot kepermukaan lewat laju transpirasi yang 7 kali lebih cepat oleh Eceng Gondok, selain itu penetrasi cahaya ke dalam danau juga terhambat. Disisi lain Eceng Gondok dimanfaatkan sebagai kerajinan, pupuk, dan tempat naungan ikan. Untuk keseimbangan ekositem rawa, maka Flora lain seperti Salvinia Salvinia natans, Kangkung Ipomoea reptans, Azola, Hidrilia dan aneka tanaman air menjadi penghuni tetap rawa. Berbagai fauna, seperti Biawak Varanus salvator, burung kuntul Bubulus coromandus, Bulus Cylemis amboinensis, dan beraneka macam ikan air tawar. Mata mungkin akan terpana dengan hilir mudik burung kuntul yang tak canggung melintas diatas perahu nelayan. Andaikata ditelusuri lebih dalam lagi maka beberapa spesies eksotis masih bisa ditemui di danau indah ini. Realitanya 19 anak sungai menjadi masukan air bagi Rawa Pening, dan hanya 1 sungai yang menjadi jalan keluar. Masuknya air yang menuju Rawa Pening bukanlah air sungai yang bersih, namun membawa material-material yang ikut larut dan terbawa arus sungai. Sungai-sungai yang menjadi masukan air Rawa Pening dimanfaatkan oleh masarakat yang tinggal disekitar sungai. Aktivitas rumah tangga hingga pertanian telah berkontribusi menyumbangkan material terlarut dalam perairan sungai yang selanjutnya terbawa arus menuju Rawa Pening. Limbah rumah tangga, seperti deterjen, kotoran, hingga sampah menjadi material yang ditemukan sepanjang sungai. Dari aktivitas pertanian juga memberikan sumbangsih terhadap bahan-bahan pencemar, seperti pestisida, limbah pertanian dan sisa pemupukan yang berlebihan. Kini semua tergantung tangan manusia mau dibawa kemana aliran kelestarian Rawa Pening. Jika tindakan manusia layaknya mitos Baru Klinting yang tidak diterima penduduk dengan ramah dan selalu menyakiti alam dengan segala keberadaanya, niscaya lidi bencana akan tercabut dengan sendirinya. Akankah lidi konservasi ikut akan terus tertanam demi generasi mendatang, atau ramai-ramai dicabut dengan alasan perut dan ekonomi. Di tangan kita lidi tersebut tertancap, niscaya dengan keramahan kita buat generasi mendatang agar tetap bisa menikmati pesona Baru Klinting. foto-foto silahkan mampir dirumah saya Lihat Nature Selengkapnya Deskripsi Bukit Cinta Rawa Pening merupakan tempat wisata alam yang berada di tepi Danau Rawa Pening yang menyuguhkan kolaborasi pemandangan menakjubkan antara perbukitan dan perairan. Terletak di Jalan Raya Salatiga - Ambarawa, tepatnya di Desa Kebondowo, Kecamatan Banyubiru, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah, membuat lokasi Bukit Cinta Rawa Pening ini sangat strategis. Kondisi jalan yang baik sehingga mudah diakses oleh kendaraan roda dua maupun roda empat. Bukit Cinta Rawa Pening dulunya pada saat zaman penjajahan Belanda di Indonesia berfungsi sebagai gardu pantau pertumbuhan tanaman enceng gondok. Tujuan dibangunnya tempat ini yaitu untuk mengendalikan pertumbuhan tanaman enceng gondok. Kemudian pada tahun 1975, pemerintah setempat mengubah tempat tersebut menjadi Spot Gardu Pandang. Tahun 1983, tempat tersebut mulai populer berganti nama menjadi Bukit Cinta karena banyaknya pemuda-pemudi yang pergi ke Bukit Cinta untuk memadu kasih. Selain itu terdapat legenda yang beredar di masyarakat sekitar mengenai Rawa Pening yang menjadi pemandangan indah di Bukit Cinta Rawa Pening yaitu Legenda Baru Klinting. Konon Rawa Pening terbentuk dari lidi yang dicabut oleh Baru Klinting yang merupakan putra dari jelmaan ular naga. Dari bekas cabutan lidi tersebut mengeluarkan air terus menerus hingga menenggelamkan sebuah pedesaan dan jadilah sebuah rawa. Banyak aktivitas wisata yang dapat pengunjung lakukan di Bukit Cinta Rawa Pening. Bagi pengunjung yang sekedar ingin menikmati pemandangan Rawa Pening, terdapat pendopo di atas bukit dan beberapa tempat duduk di taman yang cocok untuk menikmati pemandangan. Selain itu dermaga di tepi danau menjadi tujuan utama pengunjung berkunjung ke Bukit Cinta Rawa Pening untuk tempat berfoto. Jika ingin mengelilingi rawa, pengunjung dapat menyewa perahu yang disediakan masyarakat sekitar. Tersedia juga tempat bermain anak dan gazebo-gazebo. Bukit Cinta Rawa Pening telah memiliki sarana dan fasilitas yang memadai seperti mushola dan toilet yang bersih, ruang parkir cukup luas, jalur khusus disabilitas, tempat souvenir kerajinan eceng gondok khas Rawa Pening, serta ada banyak kios penjual makanan dan minuman di depan lokasi wisata. Contact Bukit Cinta Rawa Pening Dinas Pariwisata Kabupaten Semarang Jl. Diponegoro No. 202 Gedanganak Ungaran, Kabupaten Semarang, Jawa Tengah 50519 Tlf +624-6921424 Wisata Alam Tempat Wisata Parkir, Toilet, Kamar Mandi, Mushola, Pendopo, Ruang Pertemuan, Gazebo, Warung Makan, Toko Oleh-oleh Galeri Tiket Wisatawan Mancanegara Rp. 50,000 Tiket Masuk Hari Libur Rp. 15,000 Tiket Masuk Hari Biasa Rp. 10,000 Location Buka Peta Reviews Review Legenda Baruklinting – daerah Ambarawa Menurut cerita yang berkembang di masyarakat, sumber air telaga berasal dari luberan air bekas cabutan lidi Baru Klinting. Alkisah, hiduplah seorang bocah yang karena kesaktiannya di kutuk seorang penyihir jahat. Akibatnya, bocah itu memiliki luka di sekujur tubuh dengan bau yang sangat tajam. Luka itu tak pernah mau kering. Jika mulai kering, selalu saja muncul luka-luka baru, disebabkan memar. Akhirnya, tak ada seorang pun yang mau bersahabat dengannya. Jangankan berdekatan, bertegur sapa pun mereka enggan. Setiap berpapasan mereka pasti melengos. Tak ingin bersinggungan, karena takut tertular. Bocah ini pun mulai berkelana dari satu tempat ke tempat lain untuk menemukan seseorang yang mampu menyembuhkan penyakitnya. Hingga kemudian dalam mimpinya, ia bertemu seorang wanita tua yang baik hati. Kelak dialah yang sanggup melepaskan mantera jahat tersebut sehingga ia bisa pulih seperti semula. Akhirnya, tak dinyana tak di duga, dia pun tiba di sebuah kampung yang kebanyakan orang-orangnya sangat sombong. Tak banyak orang miskin di tempat itu. Kalaupun ada, pasti akan di usir atau dibuat tidak nyaman dengan berbagai cara. Kemunafikan orang-orang kampung ini mengusik nurani bocah kecil tadi, yang belakangan diketahui bernama Baru Klinting. Dalam sebuah pesta yang meriah, bocah tersebut berhasil menyellinap masuk. Namun apa ayal, ia pun harus rela di usir paksa karena ketahuan. Saat tengah di seret, ia berpesan agar sudi kiranya mereka memperhatikan orang-orang tak mampu, karena mereka juga manusia. Sama seperti mereka. Di perlakukan begitu ia tak begitu ambil pusing. Namun amarah mulai memuncak, saat puluhan orang mulai mencibir sembari meludahi dirinya. “dasar anak setan, anak buruk rupa”, begitu maki mereka. Tak terima dengan perlakuan itu, ia pun langsung menancapkan sebatang lidi yang kebetulan ada di sana. Lalu dengan wajah berang ia pun bersumpah, bahwa tak ada seorang pun yang sanggup mengangkat lidi ini, kecuali dirinya. Tak percaya dengan omongan sang bocah, masing-masing orang mulai mencoba mencabut lidi tersebut. Namun, lagi-lagi, lidi itu tak bergeming dari tempatnya. Hingga akhirnya orang-orang mulai takut dengan omongan si bocah. “Jangan-jangan akan ada apa-apa?” pikir mereka. Benar saja, dalam beberapa hari, tak ada seorang pun yang sanggup melepas lidi tersebut. Hingga akhirnya, secara diam-diam ia kembali lagi ke tempat itu dan mencabutnya. Seorang warga yang kebetuan lewat melihat aksinya, langsung terperangah. Ia pun menceritakan kisah itu kepada orang-orang yang lain. Tak lama kemudian, tetesan air pun keluar dari lubang tadi. Makin lama makin banyak, hingga akhirnya menenggelamkan kampung tersebut dan membuatnya menjadi telaga. Konon tak banyak orang yang selamat, selain warga yang melihat kejadian dan seorang janda tua yang berbaik hati memberinya tumpangan. Janda ini pula yang merawatnya, hingga secara ajaib, penyakit tersebut berangsur-angsur hilang. Namun penyihir jahat, tetap tak terima, hingga di suatu ketika, Baru Klinting kembali di kutuk. Namun aneh, kali ini kutukan bukan berupa penyakit, tapi malah merubah tubuhnya menjadi ular yang sangat besar dengan kalung yang berdentang pada lehernya. Versi lain menyebutkan, ular ini sering keluar dari sarangnya tepat pukul WIB. Setiap ia bergerak, dentingan kalung di lehernya selalu berbunyi; klentang klenting. Akhirnya, bunyi ini pula yang membuatnya di kenal sebagai Baru Klinting. Konon, nelayan yang sedang kesusahan karena tidak mendapat ikan, pasti akan beruntung jika Baru Klinting lewat tak jauh dari tempatnya. Itu yang membuat legenda kehadirannya telah menjadi semacam berkat yang paling di tunggu-tunggu. * Hutan wisata sumber semenHutan wisata sumber semen berada di desa gading, kecamatan sale. Tepatnya terletk 49 km sebelah tenggara kota rembang. Objek wisata ini sangatlah tepat untuk rekreasi bersama keluarga, pemandangan alamnya indah serta udaranya sejuk. Hutan lindung ini masih alami serta di huni oleh kera, selain itu di hutan wisata ini juga terdapat sebuah gua yang mempunyai nilai historis yakni gia rambut. Wisatawan akan mengetahui secara lengkap mengenai cerita gua rambut ini apabila berkunjung ke objek wisata ini. Di hutan wisata ini juga terdapat lokasi perkemahan, sambil berkemah wisatawan bisa menikmati fasilitas air bersih serta kolam renang yang disediakan di objek wisata ini.* Rawa peningRawa pening mempunyai luas ha ini merupakan objek wisata air dengan perahu-perahu tradisional yang berada di kabupaten semarang. Objek wisata ini berada di kaki gunung merbabu, gunung telomoyo, gunung ungaran serta gunung kendalisodo. Tepatnya terletak di bukit cinta, kecamatan ambarawa berjarak 45 km dari kota semarang. Luasnya mencakup empat wilayah kecamatan yaitu ambarawa. Bawen, tuntang juga banyu biru dari kota ungaran, rawa pening berjarak sekitar 25 legenda, rawa pening merupakan luapan air bah dari bekas cabutan lidi baru klinting. Baru klinting merupakan seorang bocah penuh luka di sekujur tubuhnya serta berbau amis. Tidak ada yang mau berteman dengannya, kecuali seorang janda tua yang mau berada di kerumunan warga kampung yang sombong, dia menancapkan sebatang lidi dan bersumpah bahwa tidak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya, kecuali dirinya. Ternyata benar tak ada seorangpun yang sanggup mencabutnya. Setelah dicabut oleh baru kelinting, keluarlah air yang makin lama makin besar dan akhirnya menenggelamkan kampung tersebut sehingga menjadi objek wisata rawa pening ada terdapat arena pancing alam dan pembangkit tenaga listrik, di objek wisata tersebut, para wisatawan bisa melihat aktivitas para nelayan serta tanaman enceng gondok yang menutupi permukaan air rawa pening. Lokasi wisata rawa pening ini mudah di jangkau serta dilalui jalur kereta api jurusan kedungjati-ambarawa. Objek wisata ini juga di kelilingi objek wisata lain serta adanya beberapa rumah makan. - Jika Magetan punya Telaga Sarangan, Ponorogo punya Telaga Ngebel. Telaga Ngebel menjadi destinasi wisata yang wajib kamu kunjungi saat mampir ke Ponorogo, Jawa Timur. Menurut informasi yang dihimpun Z Creators, alkisah Telaga Ngebel terbentuk berkaitan dengan mitos legenda dari seekor naga bernama Baru Klinting’ yang merupakan jelmaan dari Patih Kerajaan Bantaran Angin. Singkat cerita Sang Patih menjelma jadi ular besar saat bertapa di sana. Ular besar itu dibawa seorang warga ke desa untuk dijadikan makanan. Ajaibnya sebelum dipotong ular besar ini berubah jadi anak kecil. Si bocah tersebut membuat sayembara mencabut lidi yang ditancapkannya ke tanah. Namun, tak ada satu warga yang berhasil hingga akhirnya si bocah mencabut sendiri lidi air dari bekas cabutan lidi dengan bau menyengat yang membentuk kubangan air besar. Warga desa lantas memberi nama kubangan air tersebut Telaga Ngebel yang berarti telaga dengan air berbau menyengat. Jangan khawatir sekarang air di Telaga Ngebel tidak bau kok seperti legendannya. Sementara itu, Telaga Ngebel mempunyai daya tarik juga dari sisi budaya. Setiap 1 Suro atau 1 Muharram di Telaga Ngebel ada acara rutin yakni larungan sebagai bentuk rasa syukur masyarakat Ponorogo terhadap hasil bumi selama 1 JUGA Benarkah Sosok Robin Hood Ada di Dunia Nyata atau Hanya Sekadar Tokoh Fiktif Belaka?Telaga Ngebel Z Creators/Haqia A RamadhaniTelaga Ngebel juga difungsikan sebagai destinasi wisataSementara itu, berdasarkan pantauan Z Creators, Telaga Ngebel berjarak 12,5 km dari pusat pemerintahan Kabupaten Ponorogo. Telaga Ngebel sendiri dibangun pada tahun 1920 hingga 1924 yang bertujuan untuk penampung air dari Sungai Jeram dan Sungai seiring berjalannya waktu Telaga Ngebel juga difungsikan sebagai destinasi di kaki Gunung Wilis membuat udara di sekitar Telaga Ngebel sejuk. Kamu di sini bisa menikmati pemandangan air telaga yang bersih dengan warna gradasi hijau dan juga bisa memandang rimbunnya pepohonan Gunung Wilis yang mengelilingi telaga. Tak sekadar menikmati pemandangan tetapi kamu bisa berkeliling telaga naik speed boat yang ke sini tak lengkap rasanya jika melewatkan kuliner khasnya. Kamu wajib mencicipi ikan nila ikan nilanya selalu fresh karena diambil langsung dari budidaya yang dilakukan langsung di Telaga Ngebel. Camilan nangka goreng juga wajiba kamu itu, kamu bisa membeli buah durian, alpukat, dan manggis sebagai oleh-oleh. Buah-buahan ini merupakan hasil kebun dari masyarakat ketersediaan ketiga buah itu hanya ada di musim tertentu Ngebel Z Creators/Haqia A RamadhaniBACA JUGA Sejarah Panjang Topi Putih Tinggi Para ChefArtikel Menarik Lainnya Mitos Legenda Cerita Rakyat Munculnya 2 Anak Berkulit Hijau di Woolpit, Emang Benar Ada? Cesc Fabregas Akan Jalani Tes Medis di Klub Serie B Como dan Dilatih Legenda Indonesia Alasan Mengapa Imlek Identik dengan Warna Merah, Benarkah Berkaitan dengan Binatang Buas?Konten ini adalah kiriman dari Z Creators Indozone. Yuk bikin cerita dan konten serumu serta dapatkan berbagai reward menarik! Let’s join Z Creators dengan klik di sini .Z Creators

bekas cabutan lidi baru klinting